TIMESINDONESIA, PONOROGO – Hari itu, Minggu, 23 Februari 2020 adalah hari bersejarah bagi Deva Bagus Setyo Wicaksono, siswa kelas XI MAN 2 Ponorogo. Dia tidak hanya mengharumkan nama Ponorogo, tetapi juga Indonesia.
Deva yang sudah sering menjuarai ajang tingkat nasional tidak pernah
menduga akan berlaga di Kuala Lumpur Internasional Jujitsu Championship,
ajang bergengsi jujitsu dunia.
Duta Pemuda Ponorogo telah menggeluti jujitsu sejak duduk di bangku SD.
"Tapi tidak menyangka bisa sejauh ini. Bendera Indonesia bisa
berkibar paling tinggi di samping bendera negara lain, itu adalah hadiah
terindah yang ingin saya berikan pada ibu," ujar Deva Bagus.
Deva mengaku persiapan fisik untuk bertanding di Malaysia sudah
dipersiapkan rutin selama tiga bulan. Sering minta dispensasi sekolah,
mengurangi porsi makan nasi, hingga bolak-balik berlatih
Ponorogo-Surabaya adalah harga yang harus dia tebus.
Dalam kejuaraan ini, Deva tidak hanya berhasil meraih medali emas. Melainkan juga mendapatkan penghargaan submission kuncian tercepat.
Perjalanan Deva untuk meraih medali emas tidaklah mudah. Lawan
tandingnya jauh lebih berpengalaman dan memiliki usia cukup matang.
"Saya adalah peserta paling muda. Rata-rata lawan usia 20 tahun ke
atas dan memiliki daya fisik yang lebih kuat karena mereka hidup di
lingkungan petarung seperti dari Uzbekistan, Kamboja, Malaysia, dan
Singapura," tambah Deva.
Putra pasangan Nanik Suprihatin dan Ahmad Fadlil ini mengaku ingin
menjadi delegasi Indonesia yang kelak akan menorehkan medali emas dalam
ajang SEA Games dan Asian Games.
"Saya ingin membuktikan pada dunia bahwa kota Reyog Ponorogo tidak
hanya melahirkan kesenian yang melegenda, tetapi juga menjadi rumah bagi
para atlet berbakat," ujar siswa MAN 2 Ponorogo yang bercita-cita menjadi anggota TNI itu. (*)
0 Comments